Tahun 2020 mengingatkan kita akan kefanaan dari keberadaan kita, kefanaan yang mengajak kita untuk merenungkan ketidakkekalan hidup, yaitu, tentang kehidupan kita kini, tujuan kita, dan semuanya yang mengelilingi kita.
Pada pameran ini, sebuah hubungan antara realitas objektif dan realitas berimbuh (augmented reality) terbentuk: Apa yang sebenarnya dan apa yang bisa berakhir; apa yang ada dan apa yang hanya bisa menjadi kenangan.
2020 reminded us of the ephemerality of our existence, the ephemeral invites us to reflect on the transience of life, therefore, on our present, our porpouse and everything that surrounds us.
In this exhibition, a link is generated between objective reality and augmented reality, what is and what can cease to be, what exists and what could become only a memory.
Verum
kebenaran / truth
““Aturan dan ukuran dari kebenaran adalah diri dari tiap keberadaan semua hal, yang mana terbebas dari pemikiran" - Santo Thomas Aquinas
Kita menghabiskan hidup kita dengan berpura-pura, ketimbang menjalani Keberadaan. Semua jawaban esensial tidak ada di luar, semua keinginan dan tujuan eksistensial kita ada di dalam diri kita. Jika kita mulai dengan menemukan diri kita sendiri, maka kita akan menemukan kebenaran, karena kita adalah kebenaran itu sendiri.
Alasan mengapa kita memfokuskan diri ke dalam adalah karena Keberadaan. Oleh karena itu, kebenaran dan spiritualitas, jika difokuskan ke luar akan menjadi segala sesuatu yang duniawi, material dan relatif. Jika kita berhenti memperhatikan hal-hal yang tidak berbentuk atau keluar, hanya esensi kita yang tersisa, kesadaran murni, Keberadaan yang sejati.
Kebenaran setiap makhluk dan setiap hal tidak hanya terdapat dalam persepsi kita.
“The rule and measure of truth is the being of things, which is independent of thought" _Saint Thomas Aquinas_
We spend our lives pretending to be instead of simply Being. All the essential answers are not outside, all our existential desires and goals are inside us, if we start by finding ourselves, we will find the truth, since we are the truth itself.
The reason that focuses inward is the Being, therefore the truth and the spiritual, outwards it is all the mundane, material and relative. If we stop paying attention to the non-being, to the exterior, only our essence will remain, the pure consciousness, the true Being.
The truth of each being and of each thing is not only in our perception.
Bonum
kebaikan / goodness
Russeau mengatakan bahwa semua manusia dilahirkan baik dan menjadi buruk karena pengaruh, Machiavelli mengatakan sebaliknya, bahwa kita semua dilahirkan buruk dan menjadi baik karena instruksi. Saya mengatakan bahwa kita dilahirkan murni, dengan beberapa muatan genetik tetapi kita adalah hasil dari pengalaman kita, meski begitu, kita memiliki sesuatu yang intrinsik dalam diri kita yang memberi tahu kita apa yang benar dan apa yang salah, tanpa perlu seseorang mengajari kita, di sini kita kembali ke dalam diri kita, ke perjumpaan dengan diri kita sendiri, dengan hati Nurani kita, dengan Keberadaan kita, ini hanyalah tentang belajar untuk mendengarkan diri kita sendiri. Keyakinan dan nilai-nilai yang kita pelajari adalah pemicu untuk menjadi siapa kita nantinya, kita memiliki kebebasan itu.
Manusia diciptakan untuk memberi, apa yang kamu harapkan dari hidup tidaklah penting, apa yang kamu berikan dari esensimu itulah yang penting dan di situlah letak maknamu..
Russeau said that all human beings are born good and become bad by influence, Machiavelli said the opposite, that we are all born bad and become good by instruction. I say that we are born pure, with some genetic load but we are the result of our experiences, however, we have intrinsic in our being something that tells us what is right and what is wrong, without the need for someone to teach us, here we come back to our interior, to the encounter with ourselves, with our conscience, with our Being, it is only a matter of learning to listen to ourselves. Our learned beliefs and values are the triggers to become who we will be, we have that freedom.
Human being is made to give, what you expect from life is not important, what you give from your essence is what matters and therein lies your meaning.
Pulchrum
kecantikan / beauty
“Lihatlah jauh ke dalam alam dan kau akan memahami segalanya dengan lebih baik.” - Albert Einstein
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun selalu bertanya mengapa? Ia penasaran, Ia mencoba memahami dunia. Kapan kita kehilangan rasa ingin tahu itu? Manusia dimaksudkan untuk merenungkan, bukan untuk melihat, mencium, mendengar, menyicip, atau merasakan secara terpisah, tetapi untuk memanfaatkan semua indera di saat yang sama dan secara sadar mencapai kontemplasi.
Perenungan membuat kita melihat semua aspek dari setiap hal, apa guna suatu hal, mengapa hal itu ada, bagaimana hal itu terbentuk, perasaan apa yang ditimbulkannya dalam diri kita, peran apa yang dimainkannya di alam semesta kita? Dan ini membawa kita ke tujuannya, sehingga semua makhluk di alam memiliki fungsi, tujuan yang ditentukan dari esensinya yang menghasilkan kebaikan kolektif, keseimbangan. Manusia, bagaimanapun itu, telah diberkahi dengan kehendak serta Akal, dan kondisi ini berarti bahwa alih-alih mencari keseimbangan, kita mencari kebaikan untuk kita sendiri dan dengan demikian kita menghancurkan lingkungan kita dan diri kita masing-masing.
Look deep into nature and then you will understand everything better.” _Albert Enisntein_
A 3-year-old boy always asks why? He is curious, he is trying to understand the world. When did we lose that curiosity? Human being is meant to contemplate, not to see, smell, hear, taste or feel, separately, but to put all the senses in a single moment and consciously reach contemplation.
Contemplation makes us see all aspects of each thing, what is it for, why does it exist, how is it formed, what feelings does it generate in us, what role does it play in our universe? And this leads us to its purpose, so all beings in nature have a function, a purpose defined from its essence that generates a collective good, a balance. Human being, however, was endowed with will and reason and this condition has meant that instead of seeking a balance, we seek for our own good and thus we are destroying our environment and ourselves.
UNUM
kesatuan / unity
Keinginan untuk memahami esensi kita tidak terletak pada sesuatu yang fisik, tetapi spiritual, tujuan masing-masing harus ditemukan, layaknya keunikan diri kita, dari individualitas kita. Untuk dapat menemukannya adalah tanggung jawab kita, masing-masing dari kita harus melakukan tugas tertentu, seunik esensi kita, oleh karena itu, kita tidak boleh membatasi diri hanya ada untuk bertahan hidup, kita harus menemukan Keberadaan sejati kita dan dengan demikian menemukan makna kita.
UNUM memahami bahwa kita adalah bagian dari keseluruhan dan bahwa semua yang kita lakukan akan memiliki dampak baik kecil maupun besar, namun tetap akan selalu berdampak pada keseluruhan. Keinginan untuk memfokuskan hidup kita untuk membentuk kebaikan bersama adalah keputusan kita sendiri, namun saya pikir pemberian makna itu akan membuat keberadaan kita menjadi sesuatu yang fana.
The desire to understand our essence does not lie in something physical, but spiritual, the purpose of each one must be found, as unique beings that we are, from our individuality. It is the responsibility of each one of us to find it, each one must carry out a specific task, as unique as our essence, therefore, we must not limit ourselves to exist, we have to find our true Being and thus find our meaning.
UNUM is understanding that we are part of a whole and that everything we do will have repercussions to a small or great extent, but it will always have repercussions on the whole. It is our decision if we want to focus our life towards the generation of a common good, but I think that giving it that meaning would make our existence anything but ephemeral.